Saya seorang wanita yang mengerjakan ibadah yang diwajibkan Allah l
kepada saya, hanya saja di saat mengerjakan shalat saya banyak lupa di
mana saya shalat sedangkan pikiran saya bisa melayang-layang mengingat
beberapa kejadian pada hari tersebut. Padahal sebelumnya pikiran itu
tidak terlintas di benak saya melainkan setelah saya mulai melakukan
shalat. Saya tidak mampu lepas dari hal ini kecuali ketika membaca
bacaan shalat dengan keras. Lalu apa yang Anda nasihatkan kepada saya?
Jawab:
“Masalah yang Anda keluhkan ini banyak pula dikeluhkan oleh orang yang shalat, ketika setan membuka pintu waswas baginya di tengah shalat. Terkadang ada orang selesai dari mengerjakan shalatnya dalam keadaan ia tidak tahu apa yang tadi diucapkan/dibacanya saat shalat. Akan tetapi penyakit yang demikian telah diberikan bimbingan oleh Nabi n untuk mengatasinya yaitu dengan meniup (meludah kecil) ke arah kiri tiga kali dan mengucapkan ‘audzu billahi minasy syaithani rajim. Bila ia lakukan hal ini, akan hilanglah darinya apa yang didapatinya dengan izin Allah
Bagi orang yang masuk dalam amalan shalat hendaknya meyakini ia sedang
berada di hadapan Allah l, sedang bermunajat dengan Allah l,
bertaqarrub/mendekat kepada-Nya dengan membesarkan dan mengagungkan-Nya
serta membaca kalam-Nya, disertai doa yang dipanjatkan pada
tempat-tempat yang memang disyariatkan untuk berdoa dalam shalat.Jawab:
“Masalah yang Anda keluhkan ini banyak pula dikeluhkan oleh orang yang shalat, ketika setan membuka pintu waswas baginya di tengah shalat. Terkadang ada orang selesai dari mengerjakan shalatnya dalam keadaan ia tidak tahu apa yang tadi diucapkan/dibacanya saat shalat. Akan tetapi penyakit yang demikian telah diberikan bimbingan oleh Nabi n untuk mengatasinya yaitu dengan meniup (meludah kecil) ke arah kiri tiga kali dan mengucapkan ‘audzu billahi minasy syaithani rajim. Bila ia lakukan hal ini, akan hilanglah darinya apa yang didapatinya dengan izin Allah
Apabila seseorang bisa merasakan perasaan seperti ini dalam shalat maka ia bisa masuk menghadap Rabbnya dengan khusyuk, penuh pengagungan, mencintai kebaikan yang ada di sisi-Nya, serta takut akan hukuman-Nya apabila ia sampai tidak serius menunaikan kewajiban yang Allah l tetapkan atasnya,” demikian jawaban dari Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin t. (Fatawa al-Mar’ah, 1/32—33)
Sumber: Asysyariah.com
0 comments:
Post a Comment