FAIDAH 03 THARIIQUL WUSHUL, FAWAID DARI KITAB MA’AARIJUL WUSHUL

FAIDAH THARIIQUL WUSHUL,
FAWAID DARI KITAB MA’AARIJUL WUSHUL
Ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah


Faidah 03:
Penyebutan kisah-kisah di beberapa tempat dalam alquran menjelaskan pada setiap tempat berupa peringatan, pelajaran-pelajaran, dan pendalilan-pendalilan yang tidak didapati dalam tempat yang lain.

Artinya, Allah terkadang mengulang-ulang  kisah-kisah seperti kisah Nabi Musa dan yang lainnya di beberapa tempat. Namun  di setiap tempat dimana Allah mengulang itu pasti ada faidah yang tidak ditemukan/disebutkan pada tempat lainnya.

Sebagaimana Allah menamai diri-Nya, menamai Rasul-Nya, dan menamai kitab-Nya dengan nama-nama yang banyak. Dimana setiap nama itu menunjukkan sebuah makna yang tidak ditunjukkan oleh nama yang lain. Dan ini bukan disebut  mengulang akan tapi namanya adalah; agar ayat-ayat lebih variatif dengan faidah-faidah yang baru.

Ini faidah yang harus kita pahami. Ketika Allah mengulang-ulang kisah  tentang Tsamud, tentang bani ‘Aad, tapi dalam ayat-ayat yang berbeda, dalam surat yang berbeda. Mengapa Allah mengulang-ulang?
Tiada lain karena Allah ingin memberikan pelajaran yang baru yang tidak terdapat pada surat sebelumnya ataupun kisah atau tempat yang lain.

Walaupun kisahnya sama, tetapi dengan bahasa yang berbeda, dengan pemberian pelajaran yang hendaknya kita cermati; disana akan kita dapati pelajaran yang baru.

Selanjutnya…

Faidah 04:

Kesholihan terfokus pada dua perkara;

•    Pertama, ilmu yang bermanfaat,
• Kedua, amalan sholih

Dimana Allah subhaanahu wa ta’ala mengutus Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam dengan membawa yang lebih utama; yaitu petunjuk dan agama yang haq, agar Allah menangkan agama ini diatas seluruh agama.

Ilmu yang bermanfaat itu adalah iman, dan amalan sholih itu adalah Islam.

Ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu Allah, dan amalan sholih itu amalan yang sesuai dengan perintah Allah; yaitu membenarkan rasul pada apa yang beliau kabarkan dan mentaati apa yang beliau perintahkan.

Kebalikannya;
Dimana kebalikan dari ilmu yang bermanfaat (poin pertama), adalah seseorang berkata tentang Allah dengan tanpa ilmu.
Dan kebalikan dari amalan sholih (poin kedua), adalah mempersekutukan Allah dalam perkara yang tidak Allah turunkan padanya ilmunya.

Maka yang pertama tentu lebih mulia; yaitu berkata dengan ilmu dan diamalkan.

Setiap mukmin pasti muslim tapi tidak setiap muslim itu mukmin.

Ini adalah faidah yang agung yang hendaknya kita pahami.

Wallahu a’lam
Alfawaid Ustad Badrussalam Lc, Hafizhohulloh
Blog, Updated at: 11:50 AM

0 comments:

Post a Comment

Blog Arcive

Random Posts