Oleh Ustadz, Dr Muhammad
Arifin Badri, MA
Kemarin, pada hari ahad 19 Februari saya dijadwalkan
menyampaikan materi kajian Umum di kota Probolinggo tepatnya di Masjid Taman
Bahagia, Jl. ARief Rahman Hakim. Tema yang saya rencanakan untuk disampaikan
ialah: @Menjemput Rizki Di Saat Krisis@
hari sabtu sore, menjelang waktu Maghrib, saya sudah sampai
di kota Probolinggo dan menginap di salah satu penginapan di kota tersebut,
Malam harinya saya mempersiapkan materi kajian, dan ketika jam menunjukkan
pukul 20.00 saya segera beristirahat.
Pagi harinya, saya bangun tidur seperti biasa sebelum
sholat subuh, lalu menunaikan sholat sunnah dan kemudian berbaring kembali
menanti waktu sholat subuh tiba.
Setelah waktu shubuh tiba, saya segera menunaikan sholat
subuh di kamar hotel, karena dari hotel suara azan terdengar cukup jauh.
Seusai sholat subuh saya kembali mempersiapkan materi untuk
disampaikan di kajian paginya.
Seusai menyiapkan materi, saya turun ke restoran hotel untuk
mekan pagi.
Setiba di restoran, saya mengambil makanan, dan segera
menuju ke salah satu meja. Setiba di salah satu meja, terjadi hal yang tidak
saya duga, badan terasa limbung, pandangan seakan sedikit berputar.
Makanan yang sudah saya ambil segera saya santap hingga
habis, dan kemudian saya berusaha untuk berjalan jalan menggerakkan badan di
loby hotel, sambil menikmati sinar mentari pagi.
Selang beberapa waktu saya kembali ke kamar, dan ternyata
badan bertambah limbung, sehingga saya putuskan untuk segera menghubingi
panitia kajian agar segera di jemput.
Setelah cek out dari penginapan, saya menanti beberapa saat
jemputan panitia. dan setelah jemputan tiba, saya minta diantar ke apotik atau
laboratorium, untuk cek tensi dan kadar kolesterol. Dan hasilnya terbukti tensi
darah saya naik, dan akhirnya saya membeli obat penurun tensi, dengan harapan
tensi segera bisa normal dan saya bisa menyampaikan kajian yang telah
direncanakan.
Setiba di Masjid tempat kajian akan di adakan, saya sholat
Tahiyatul Masjid, dan subhanallah hampir-hampir saya tidak kuat untuk berdiri
menyelesaikan sholat sunnah saya tersebut.
Seusai sholat sunnah, saya dikejutkan dengan kehadiran ust
Muttaqin yang dengan sigap menyalami saya dan mengucapkan kata kata yang selalu
saya dengar dari lisan beliau setiap kali berjumpa:
Uhibuka fillah ya ustadz (aku mencintai dirimu karena Allah
wahai ustadz).
Karena saya benar benar merasa tidak akan kuat menyampaikan
materi kajian, maka saya segera meminta kepada beliau untuk menggantikan saya
menyampaikan kajian umum, walaupun dengan tema lainnya. Namun ternyata beliau
menolak permintaan saya, dan akhirnya dengan segala berat dan terpaksa panitia
membatalkan kajian saya.
Saya segera menuju ruang di sebelah ruang Imam untuk
beristirahat, untuk persiapan pulang ke Jember.
Pendek cerita setelah beristirahat, saya diantar oleh akhuna
Abu Muhammad dengan kendaraannya yang semoga selalu barokah, untuk pulang ke
rumah di kota Jember.
Setiba kami di dekat lokasi pabrik kertas Leces, kami
mendapatkan kemacetan, dan ternyata sebabnya adalah satu kecelakaan kendaran
bermotor. Di jalan tempat kecelakaan itu, kami menyaksikan darah yang
berceceran.
Semula kami hanya fokus untuk dapat melintasi kemacetan
tersebut, tanpa pikir panjang tentang siapa dan bagaimana kejadiannya.
Setelah beberapa lama, saya mendap-at pesan via WA bahwa ust
Muttaqien meninggal karena kecelakaan.Spontan pikiran saya dan juga akhuna Abu
Muhammad mengingat kecelakaan yang kami lewati tersebut, yang ternyata
korbannya adalah ust Muttaqien rahimahullah.
Dan spontan akhuna Abu Muhammad berkata kepada saya:
subhanallah, padahal ketika beliau keluar dari Masjid tempat kajian yang batal
beliau berpesan kepada saya: Tolong antum yang antarkan ust Muhammad Arifin
pulang ke rumah.
Dan menurut pengakuan beliau: kembali selang beberapa waktu
ust Muttaqien menelpon beliau dan berkata: akhi, tolong jangan lupa antum
antarkan ust Muhamad Arifin pulang ke rumahnya di jember.
Kepergian beliau meninggalkan satu pelajaran besar pada diri
saya, betapa tidak, biasanya kajian saya disampaikan hingga sholat zhuhur,
sebagaimana panitia juga merencanakan demikian. Dengan demikian, andai kajian
dapat terlaksana sesuai rencana, maka kemungkinan besar beliau akan tetap
berada di masjid hingga selesai kajian. Namun ternyata takdir ilahi berbicara
beda, kajian batal karena saya sakit, dan sehingga beliau pulang sebelum waktu
sholat zhuhur tiba, dan ternyata itu terjadi salah satu hikmahya adalah agar
beliau menemui Malaikat Maut yang siap menjemput beliau di daerah Leces. Inikah
salah satu bukti kebenaran sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
إذا قضى الله لعبد
أن يموت بأرض جعل
له إليها حاجة أو
قال بها حاجة
Bila Allah menentukan seorang hamba mati di suatu negri,
maka Allah menjadikan pada diri hamba-Nya itu rasa perlu atau keinginan untuk
mendatangi tempat tersebut. (At Tirmizy dan lainnya.)
Kepergian beliau menyisakan kesedihan tersendiri dalam diri
saya, karena ternyata betapa begitu besar perhatian beliau kepada saya, dan
ternyata pesan beliau kepada akhuna Abu Muhammad di atas adalah hadiah terakhir
beliau kepada saya, semoga Allah mencatatnya sebagai bagian dari kebenaran
ucapan beliau yang selalu beliau ucapkan kepada saya setiap kali berjumpa:
Uhibuka fillah ya ustadz (aku mencintai dirimu karena Allah wahai ustadz).
Dan semoga Allah Ta'ala mencatat beliau sebagai orang -
orang yang khusnul khatimah, pergi ke Probolinggo untuk menghadiri kajian dan
meninggal untuk pulang dari pengajian walaupun kajiannya batal.
Semoga beliau dicatat sebagai salah satu orang yang termasuk
dari orang-orang yang mati syahid, sebagaimana dijelaskan pada hadits berikut:
الشُّهَدَاءُ
خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ
Orang yang mati syahid itu ada lima: orang yang mati karena
penyakit tha'un (sejenis lepra penyakit yang mewabah), yang mati karena sakit
perut, orang mati tenggelam,mati karena tertimpa benda keras, dan orang yang
gugur di jalan Allah Azza wa Jalla.. Muttafaqun 'alaih
Semoga Allah mengampuni dosa dosamu wahai ust Muttaqin dan
menerima amal ibadahmu, dan semoga Allah benar-benar menerima ucapanmu yang
selalu engkau ucapkan kepadaku: Uhibuka fillah ya ustadz (aku mencintai dirimu
karena Allah wahai ustadz). Ucapan itu adalah ucapan terakhir yang aku dengar
dari lisanmu di dunia, maka aku memohon kepada Allah, semoga ucapan itu pula
yang pertama aku dengar kelak di akhirat di dalam surga-Nya, tatkala aku
berjumpa denganmu, amiin .
0 comments:
Post a Comment